Jika Marselino Ferdinan memerlukan inspirasi untuk menjalani kehidupan pesepakbola Asia di Eropa, Son Heung Min-lah orangnya.
Marselino Ferdinan mengaku kelelahan menjelang SEA Games 2023, sebuah konsekuensi setelah merumput di benua biru.
Ke depan, Marselino harus menaklukkan tantangan kelelahan dan jet lag, serta membagi fokus untuk klub dan tim nasional.
Pemanggilan ke SEA Games 2023 merupakan kesempatan pertama bagi sang wonderkid pulang ke Indonesia sejak "merantau".
Bergabung KMSK Deinze di Belgia pada Februari, Marselino melewatkan TC timnas U-20 dan FIFA Matchday bersama timnas senior.
SEA Games hanyalah kerikil pertama bagi Marselino, sebelum tantangan lebih besar saat usianya bertambah dan tanggung jawabnya (di klub dan timnas) lebih berat.
Marselino patut melihat karier Son Heung Min untuk melihat komitmen pemain di level klub, sekaligus mewujudkan rasa cinta Tanah Air.
Sebelumnya tak terhitung pesepak bola Asia yang sukses di Eropa, tetapi Son bisa dibilang mencapai level berikutnya.
Sampai usia 26 tahun, Son masih dibayangi keharusan mengikuti wajib militer di Korea Selatan, sehingga ia harus selalu available untuk timnas-nya.
Son selalu tampil bersama timnas Korea Selatan, baik di level senior maupun U-22 untuk mengejar medali emas Olimpiade dan Asian Games.
Medali emas tersebut akhirnya didapat pada Asian Games 2018, yang menghindarkan Son dari wajib militer selama dua bulan.
Sembari mengejar medali itu, Son terus tampil konsisten mengoyak jala lawan bagi Tottenham di Liga Inggris.
Kini menjelang usia 31 tahun, Son telah mengoleksi 144 gol dalam 367 pertandingan bersama Spurs.
Semua itu ia lakukan sembari pulang-pergi menuju Korea Selatan tiap jeda internasional, dan membuahkan 35 gol dalam 308 caps.
Son pernah menjadi pemain dengan jarak tempuh terjauh dalam FIFA Matchday di antara pemain Premier League, yaitu 5.700 mil untuk jarak London-Seoul.
"Saya masih muda, saya merasa baik saja (walaupun menempuh jarak jauh)," ucap Son sebelum Asian Games 2018.
"Saya hanya perlu mengatasi jet lag, itu (cuma) sebuah alasan untuk mengatakan saya lelah setelah perjalanan panjang," jelasnya.
Singkatnya, Son mampu menjadi ujung tombak Spurs, sekaligus menjadi kapten dan bomber timnas Korsel, dilakukan dengan menaklukkan jarak separuh globe.
Marselino, walaupun tak bermain di level yang sama dengan Son, dapat mengikuti jejaknya dengan melakukan hal serupa untuk KMSK Deinze dan timnas Indonesia.
Bahkan, Marselino menempuh jarak lebih jauh dari Son, yaitu 11.400 km untuk terbang Belgia-Indonesia.
Dalam usia 18 tahun, masih banyak waktu bagi Marselino untuk menjadi pemain reguler di Eropa, juga menjadi pemain reguler di timnas Indonesia.